Saturday, May 10, 2025

HABAKUK DAN KEDEWASAAN IMAN KRISTEN



Kira-kira dua minggu yang lalu, kita menyelesaikan kitab Habakuk. Hanya 3 pasal saja, isinya tentang keluh kesah Israel yang menuntut keadilan Tuhan. Israel yang sesungguhnya sedang dihukum Tuhan karena dosa-dosanya, ternyata merasa lebih suci dan lebih baik dibandingkan Babel, yang dipakai Tuhan untuk mendisiplin Israel. Bukankah kita juga sering memiliki perasaan seperti itu? Sadar kalau salah, tetapi merasa lebih benar dari orang lain yang lebih berhasil atau yang telah mengalahkan dan menyakiti kita? Kita sering bertanya, mengapa yang tidak jujur menjadi kaya, yang nyontek menjadi juara kelas, yang berperilaku buruk hidup berhasil? Jawaban Tuhan kira-kira berbunyi demikian: “Jangan ngurusi orang lain! Bertobat dan perbaikilah dirimu sendiri! Kejahatan orang lain itu urusan-Ku. Bukan urusanmu!”

Salah satu penyataan kunci di dalam kitab Habakuk adalah: “… orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya” (2:4) - dikutip Paulus dua kali (Roma 1:17 dan Galatia 3:11). Teks Masoretik dan Septuaginta bervariasi memberi penekanan mengenai “orang benar” - orang yang dibenarkankah? Atau orang yang berlaku benarkah? Apakah ayat ini berbicara mengenai status seseorang atau perilakunya? Pertanyaan yang lebih dalam adalah: Apakah status iman seseorang dapat dipisahkan dari sikap dan tindakannya? Tentu saja tidak bisa, kecuali kemunafikan dan kepalsuan menjadi pemenangnya. Karenanya, orang yang beriman seharusnya hidup benar, otherwise akan menimbulkan pertanyaan publik dan keragu-raguan. Sebaliknya hidup benar tanpa iman menjadi sia-sia dan tidak mungkin. Tidak ada yang sempurna memang, tetapi iman menuntun kepada hidup yang benar. 
 
Di pasal yang kedua juga, Tuhan mendemonstrasikan keadilan-Nya dengan cara membongkar lima kejahatan Babel: (1) Merampas milik orang. (2) Berlaku tidak jujur. (3) Bersikap tidak adil. (4) Berpura-pura baik, tetapi sesungguhnya jahat. (5) Menyembah berhala - yang adalah jahat di mata Tuhan. Semua kejahatan Babel dilakukan karena keserakahan untuk mendatangkan keuntungan pribadi. Berhala-berhalapun diperalat untuk memuaskan kepentingan mereka. Atas semua kejahatan itu, Babel menerima hukuman yang setimpal. Yang dipakai Tuhan untuk menghukum Israel, akhirnya dihukum juga. Demikianlah keadilan dan keperkasaan Tuhan. Kita bermain layaknya pemeran, Ia memegang kendali seperti sutradara. 
 
Kabar baik yang diberitakan Tuhan melalui nabi Habakuk adalah: Tuhan bekerja dan peduli, meski umat-Nya tidak melihat dan merasakannya. Tuhan bekerja dengan kerangkan waktu-Nya dan tidak pernah menunda untuk menyelesaikannya. Manusia sering ingin yang instan dan cepat, tetapi Tuhan tidak pernah tergesa-gesa. Manusia sendirilah yang justru sering memperlambat waktunya. Bukankah hukuman selesai ketika ada pertobatan? Jika manusianya tidak mau bertobat, tentunya hukuman akan tetap berjalan terus.
 
Last but not least, ketika sesak dan susah, tidak ada gunanya mengeluh. Sebaliknya (1) bersabarlah menantikan waktu pemulihan, (2) berharaplah senantiasa karena masa depan yang cerah itu sungguh ada, (3) bersyukurlah dan bersukacitalah di dalam Tuhan. Ucapan syukur dan sukacita tidak perlu menunggu situasi berubah terlebih dahulu. Ucapan syukur dan hati yang bersukacita adalah sesungguhnya tindakan iman. 2 Korintus 5:7 menjelaskannya dengan amat terang: “Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.” Paulus, ketika didera siksa di dalam penjara, bahkan berkali-kali menasihatkan jemaat di Filipi untuk tetap bersukacita. Itulah ciri kedewasaan iman Kristen.

Babel adalah bangsa yang tidak beriman: lihat betapa jahat dan bejat tingkah polahnya. Israel juga tidak suci-suci amat. Ketika dihajar Tuhan, sibuk dengan keluh kesah. Jika diringkaskan, iman Kristen yang matang menurut kitab Habakuk ditandai oleh dua hal ini: (1) setia di dalam kebenaran dan kekudusan hidup, (2) setia di dalam bersukacita dan mengucap syukur - apapun situasinya. 

Terima kasih kepada Isna C. Rambitan yang telah menyunting sebagian dari tulisan ini sehingga menjadi lebih baik dan nyaman untuk dibaca.

0 comments: